Penggunaan selang untuk memadamkan api memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebuah sumber menyebutkan bahwa selang telah dipergunakan setidaknya pada 400 SM. Pada masa itu, orang memadamkan api dengan air yang disimpan pada sebuah kantung dan disemprotkan menggunakan usus lembu.
![]() |
Dulu Sebelum Ditemukan Selang Damkar Pakai Usus Lembu atau Gentong |
Pelopor penggunaan selang untuk pemadam kebakaran selanjutnya oleh jan Van Der Heyden di Belanda pada tahun 1673. Mereka menggunakan kulit yang dijahit sebagai selang air. Dan sebelumnya, orang-orang menggunakan air untuk memadamkan api dengan memakai gentong yang dibawa menuju lokasi kebakaran. Air disemburkan dengan pompa tangan. Penggunaan selang mulai marak sejak pertengahan abad 19 yang saat itu menyemburkan air saat pemadaman api dengan lebih terarah.
Pada 30 Mei 1821, selang pemadam kebakaran yang terbuat dari jaringan kapas dilapisi karet dipatenkan oleh James Boyd dari Boston., Massachusetts, Amerika Serikat. Temuannya tersebut dimaksudkan menggantikan selang kulit terpaku yang banyak digunakan kala itu.
Beberapa kekurangan dari penggunaan selang kulit sebagai penyembur air pemadam kebakaran antara lain; kering, pecah-pecah, dan meledak apabila mengalami tekanan air yang berlebihan. Penggunaan paku keling sebagai pengganti jalinan pada selang memungkinkan tekanan yang lebih tinggi dan volume air yang lebih banyak saat memadamkan api. Berbagai jenis pelumas dan bahan lain digunakan untuk menjaga selang kulit tetap seperti semula. Sejak 1871, Departemen Pemadam Kebakaran Cincinnati telah menggunakan selang karet baru yang dilapisi jalinan kapas buatan BF Goodrich.
---
Rujukan: Intermeso (Kompas/KLASIKA, 8 Juni 2015)